-
Pengantar
Pengertian Psikoterapi
Psikoterapi yang lahir pada pertengahan dan akhir abad yang lalu, dilihat secara etimologis mempunyai arti sederhana, yakni “psyche” yang artinya jelas, yaitu “mind’ atau sederhananya: jiwa dan “therapy” dari Bahasa Yunani yang berarti “merawat” atau “mengasuh”, sehingga psikoterapi dalam arti sempitnya adalah “perawatan terhadap aspek kejiwaan”.
Menurut Corsini (1989) Psikoterapi adalah proses formal dari interaksi antara dua pihak, setiap pihak biasanya terdiri dari satu orang, tetapi ada kemungkinan terdiri dari dua orang atau lebih pada setiap pihak, dengan tujuan memperbaiki keadaan yang tidak menyenangkan (distress) pada salah satu dari kedua pihak karena ketidakmampuan atau malafungsi pada salah satu bidang.
Tujuan Psikoterapi
- Tujuan Psikoterapi dengan Pendekatan psikodinamik menurut Ivey adalah membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Rekonstruksi kepribadiannya dilakukan terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun sintesis yang baru dari konflik-konflik yang lama.
- Tujuan Psikoterapi dengan Pendekatan psikoanalisis menurut Corey adalah membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Membantu klien dalam menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman yang sudah lewat dan bekerja melalui konflik-konflik yang ditekan melalui pemahaman intelektual.
- Tujuan Psikoterapi dengan Pendekatan behavioristik dijelaskan oleh Ivey adalah untuk menghilangkan kesalahan dalam belajar dan berperilaku dan untuk mengganti dengan pola-pola perilaku yang lebih bisa menyesuaikan.
Unsur Psikoterapi
- Dua individu saling terikat dalam interaksi yang bersifat rahasia, dimana klien akan dibukakan jalan untuk menjadi tahu.
- Interaksi umumnya terbatas pada pertukaran verbal.
- Interaksi berlangsung dalam jangka waktu lama.
- Hubungan bertujuan untuk mengubah perilaku tertentu pada klien, yang telah disetujui oleh kedua pihak.
Perbedaan Konseling dan Psikoterapi
Konseling dilakukan dalam jangka pendek sedangkan Psikoterapi dilakukan secara rutin dalam jangka waktu yang lebih panjang. Konseling fokus pada permasalahan tertentu sedangkan Psikoterapi fokus pada proses ketidaksadaran dan perubahan struktur kepribadian. Konseling membantu individu mengatasi hambatan untuk berkembang sedangkan Psikoterapi solusi tidak dapat diperoleh secara langsung, melainkan melalui proses pemahaman diri yang intensif terhadap dinamika masalah kehidupan.
Pendekataan Terhadap Mental Illness
Pendekatan psikoterapi terhadap mental illness menurut J.P. Chaplin, yaitu:
- Biological
Meliputi keadaan mental organik, penyakit afektif, psikosis dan penyalahgunaan zat. Menurut Dr. John Grey, Psikiater Amerika (1854) pendekatan ini lebih manusiawi. Pendapat yang berkembang waktu itu adalah penyakit mental disebabkan karena kurangnya insulin.
- Psychological
Meliputi suatu peristiwa pencetus dan efeknya terhadap perfungsian yang buruk, sekuel pasca-traumatic, kesedihan yang tak terselesaikan, krisis perkembangan, gangguan pikiran dan respon emosional penuh stres yang ditimbulkan. Selain itu pendekatan ini juga meliputi pengaruh sosial, ketidakmampuan individu berinteraksi dengan lingkungan dan hambatan pertumbuhan sepanjang hidup individu.
- Sosiological
Meliputi kesukaran pada sistem dukungan sosial, makna sosial atau budaya dari gejala dan masalah keluarga. Dalam pendekatan ini harus mempertimbangkan pengaruh proses-proses sosialisasi yang berlatarbelakangkan kondisi sosio-budaya tertentu.
- Philosophic
Kepercayaan terhadap martabat dan harga diri seseorang dan kebebasan diri seseorang untuk menentukan nilai dan keinginannya. Dalam pendekatan ini dasar falsafahnya tetap ada, yakni menghagai sistem nilai yang dimiliki oleh klien, sehingga tidak ada istilah keharusan atau pemaksaan.
-
Terapi Psikoanalisis
Konsep dasar Terapi Psikoanalisis
Struktur Kepribadian
- Id : merupakan komponen biologis, tempat bersemayam naluri-naluri.
- Ego : merupakan komponen psikologis, tempat mengantarai naluri-naluri dengan lingkungan sekitar.
- Superego : merupakan komponen sosial, tempat mempresentasikan nilai-nilai tradisional dan ideal-ideal masyarakat yang diajarkan oleh orang tua kepada anak.
Pandangan Tentang Sifat Manusia
Pandangan Freudian tentang sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministic, mekanistik dan reduksionistik. Menurut Freud, manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan irasional, motivasi-motivasi tak sadar, kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan biologis dan naluriah, dan oleh peristiwa-peristiwa psikoseksual yang terjadi selama lima tahun pertama dari kehidupan.
Kesadaran dan Ketidaksadaran
Bagi Freud kesadaran merupakan bagian terkecil dari keseluruhan jiwa. Seperti gunung es yang mengapung yang bagian terbesarnya berada dibawah permukaan air, bagian jiwa yang terbesar berasa dibawah permukaan kesadaran. Ketidaksadaran itu menyimpan pengalaman-pengalaman, ingatan-ingatan, dan bahan-bahan yang direpresi. Kebutuhan-kebutuhan dan motivasi-motivasi yang tidak bisa dicapai yakni terletak diluar kesadaran juga berada diluar daerah kendali.
Kecemasan
Kecemasan adalah suatu keadaan tegang yang memotivasi kita untuk berbuat sesuatu. Fungsinya adalah memperingatkan adanya ancaman bahaya, yakni sinyal bagi ego yang akan terus meningkat jika tindakan-tindakan yang layak untuk mengatasi ancaman bahaya itu tidak diambil.
Mekanisme-mekanisme Pertahanan Ego
- Penyangkalan adalah pertahanan melawan kecemasan dengan “menutup mata” terhadap keberadaan kenyataan yang mengancam.
- Proyeksi adalah mengalamatkan sifat-sifat tertentu yang tidak bisa diterima oleh ego kepada orang lain.
- Fiksasi adalah menjadi “terpaku” pada tahap-tahap perkembangan yang lebih awal karena mengambil langkah ketahap selanjutnya bisa menimbulkan kecemasan.
- Regresi adalah melangkah mundur ke fase perkembangan yang lebih awal yang tuntutan-tuntutannya tidak terlalu besar.
- Rasionalisasi adalah menciptakan alasan-alasan yang “baik” guna menghindarkan ego dari cedera.
- Sublimasi adalah menggunakan jalan keluar yang lebih tinggi atau yang secara sosial lebih dapat diterima bagi dorongan-dorongannya.
- Displacement adalah mengarahkan energy kepada objek atau orang lain apabila objek asal atau orang yang sesungguhnya, tidak bisa dijangkau.
- Represi adalah melupakan isi kesadaran yang traumatis atau bisa membangkitkan kecemasan.
- Formasi reaksi adalah melakukan tindakan yang berlawanan dengan hasrat-hasrat tak sadar.
Perkembangan Kepribadian
- Fase oral : dari lahir sampai akhir usia satu tahun seorang bayi menjalani fase oral. Mengisap buah dada ibu untuk memuaskan kebutuhannya akan makanan dan akan kesenangan, karena mulut dan bibir merupakan zona erogen yang peka selama fase oral ini. Bayi mengalami kenikmatan erotic dari tindakan mengisapnya.
- Fase anal : bermula dari tahun kedua dan berlanjut hingga tahun ketiga, fase anal memiliki arti penting bagi pembentukan kepribadian. Metode toilet training dan perasaan-perasaan, sikap-sikap dan reaksi-reaksi orang tua terhadap anak pada fase ini bisa memiliki efek jau ke depan atas pembentukan kepribadian.
- Fase falik : mulai usia tiga tahun sampai dengan lima tahun. Selama fase falik ini, aktivitas seksual menjadi lebih intes dan perhatian dipusatkan pada alat-alat kelamin. Anak perlu belajar menerima perasaan seksualnya sebagai hal yang alamiah dan belajar memandang tubuhnya sendiri secara sehat.
- Fase laten : Fase ini sangat penting dalam pengembangan keterampilan sosial dan komunikasi dan kepercayaan diri. Freud menggambarkan fase laten sebagai salah satu yang relatif stabil. tidak ada organisasi baru seksualitas berkembang, dan dia tidak membayar banyak perhatian untuk itu.
- Fase genital : Fase akhir perkembangan psikoseksual, individu mengembangkan minat seksual yang kuat pada lawan jenis. tujuan dari tahap iniadalah untuk menetapkan keseimbangan antara berbagai bidang kehidupan
Unsur-unsur Terapi Psikoanalisis
Tujuan Terapi Psikoanalisis
Tujuan Terapi Psikoanalisis adalah membentuk kembali struktur karakter individual dengan jalan membuat kesadaran yang tak disadari didalam diri klien. Proses terapeutik difokuskan pada upaya mengalami kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak. Pengalaman masa lampau direkonstruksi, dibahas, dianalisis, dan ditafsirkan dengan sasaran merekonstruksi kepribadian.
Fungsi dan Peran Terapis
Karakteristik psikoanalisis adalah terapis atau analis membiarkan dirinya anonym serta hanya berbagi sedikit perasaan dan pengalaman sehingga klien memproyeksikan dirinya kepada analis. Proyeksi-proyeksi klien, yang menjadi bahan terapi, ditafsirkan dan dianalisis.
Analis terutama berurusan dengan usaha membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal, dalam menangani kecemasan secara realistis, serta dalam memperoleh kendali atas tingkahlaku yang impulsif dan irasional. Analis terlebih dahulu harus membangun hubungan kerja dengan klien, kemudian perlu banyak mendengar dan menafsirkan.
Teknik Terapi Psikoanalisis
Asosiasi Bebas adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau dan pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi-situasi traumatik dimasa lampau, yang dikenal dengan sebutan katarsis.
Analis meminta kepada klien agar membersihkan pikirannya dari pemikiran dan renungan sehari-hari dan sebisa mungkin, mengatakan apa saja yang melintas dalam pikirannya, betapapun menyakitkan, tolol, remeh, tidak logis, dan tidak relevan kedengarannya. Singkatnya dengan melaporkan segera tanpa ada yang disembunyikan, klien terhanyut bersama segala perasaan dan pikirannya. Cara yang khas ialah klien berbaring diatas balai-balai sementara analis duduk dibelakangnya sehingga tidak mengalihkan perhatian klien pada saaat asosiasinya mengalir bebas.
Selama proses asosiasi bebas berlangsung, tugas analis adalah mengenali bahan yang direpres dan dikurung didalam ketidaksadaran.
Penafsiran adalah suatu prosedur dasar dalam menganalisis asosiasi-asosiasi bebas, mimpi-mimpi, resistensi-resistensi, dan trasnferensi. Prosedurnya terdiri atas tindakan-tindakan analis yang menyatakan, menerangkan, bahkan mengajari klien makna-makna tingkahlaku yang dimanifestasikan oleh mimpi-mimpi, asosiasi bebas, resistensi, dan oleh hubungan terapeutik itu sendiri.
Fungsi penafsiran adalah mendorong ego untuk mengasimilasi bahan-bahan baru dan mempercepat proses penyingkapan bahan tak sadar lebih lanjut.
Analisis Mimpi adalah sebuah prosedur yang penting untuk menyingkap bahan yang tak disadari dan memberikan kepada klien pemahaman atas beberapa area masalah yang tidak terselesaikan. Selama tidur, pertahanan-pertahanan melemah, dan perasaan-perasaan yang direpresi muncul ke permukaan.
Mimpi-mimpi memiliki dua taraf isi, yaitu isi laten da nisi manifest. Isi laten terdiri atas motif-motif yang disamarkan, tersembunyi, simbolik, dan tak disadari. Karena begitu menyakitkan dan mengancam, dorongan-dorongan seksual dan agresif tak sadar yang merupakan isi laten ditransformasikan kedalam isi manifest yang lebih dapat diterima, yakni impian sebagaimana yang tampil pada si pemimpi. Proses transformasi isi laten mimpi kedalam isi manifest yang kurang mengancam itu disebut kerja mimpi.
Tugas analis adalah menyingkpa makna-makna yang disamarkan dengan mempelajari symbol-simbol yang terdapat pada isi manifes mimpi.
- Analisis dan Penafsiran Resistensi
Resistensi sebuah konsep yang fundamental dalam praktek psikoanalisis, adalah sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan yang tak disadari. Freud memandang resistensi sebagai dinamika tak sadar yang digunakan oleh klien sebagai pertahanan terhadap kecemasan yang tidak bisa dibiarkan, yang akan meningkat jika klien menjadi sadar atas dorongan-dorongan dan perasaan-perasaannya yang direpresi itu.
Sebagai pertahanan terhadap kecemasan, resistensi bekerja secara khas dalam terapi psikoanalisis dengan menghambat klien dan analis dalam melaksanakan usaha bersama untuk memperoleh pemahaman atas dinamika-dinamika ketidaksadaran klien. Karena resistensi ditujukan untuk mencegah bahan yang mengancam memaski ke kesadaran, analis harus menunjukkannya, dan klien harus menghadapinya jika dia mengharapkan bisa menangani konflik-konflik secara realistis.
Penafsiran analis atau resistensi ditujukan untuk membantu klien agar menyadari alasan-alasan yang ada dibalik resistensi sehingga dia bisa menanganinya.
- Analisis dan Penafsiran Transferensi
Transferensi mengejawantahkan dirinya dalam proses terapeutik ketika “urusan yang tak selesai” dimasa lampau klien dengan orang-orang yang berpengaruh menyebabkan dia mendistorsi masa sekarang dan bereaksi terhadap analis sebagaimana dia bereaksi terhadap ibu atau ayahnya.
Analisis transferensi adalah teknik yang utama dalam psikoanalisis, sebab mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lampaunya dalam terapi, juga memungkinkan klien mampu menembus konflik-konflik masa lampau yang tetap dipertahankannya hingga sekarang dan yang menghambat pertumbuhan emosionalnya.
Sumber:
Chaplin, J.P. (2006). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.
Corey, G. (2009). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.
Gunarsa, S.D. (1992). Konseling dan psikoterapi. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia
http://psi442.weblog.esaunggul.ac.id/wp-content/uploads/sites/697/2013/04/Psikoterapi-Pertemuan-2.ppt. (diakses 15 Maret 2016)