Tugas IV Psikoterapi

Review Psikoterapi

  1. Terapi Psikoanalisia

Tokoh: Sigmund Freud
Tujuan Terapi Psikoanalisis adalah membentuk kembali struktur karakter individual dengan jalan membuat kesadaran yang tak disadari didalam diri klien. Proses terapeutik difokuskan pada upaya mengalami kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak. Pengalaman masa lampau direkonstruksi, dibahas, dianalisis, dan ditafsirkan dengan sasaran merekonstruksi kepribadian. Didalam terapi psikoanalisa terdapat pula id, ego, super ego, kesadaran dan ketidaksadaran serta teknik-teknik dalam terapi psikoanalisa diantaranya asosiasi bebas, analisis mimpi, transferensi, resistensi dan intrepretasi.
Kelebihan : menurut saya salah satu kelebihan dari terapi ini adalah memungkinkan klien untuk dapat mengetahui hal-hal apa saja yang tidak disadari klien yang merupakan pokok dari permasalahan klien.
Kelemahan : menurut saya salah satu kelemahan dari terapi ini adalah membutuhkannya waktu yang lama karena tidak mudah untuk menguak pengalaman-pengalaman masa lalu klien yang sudah ditanam sekian lama, serta butuh terapis yang berpengalaman untuk dapat menganalis pengalaman-pengalaman klien.
  1. Terapi Humanistik Eksistensial

Pada dasarnya tujuan terapi eksistensial adalah meluaskan kesadaran diri klien, dan karenanya meningkatkan kesanggupan pilihannya, yakni menjadi bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya. Selain itu terapi eksistensi juga bertujuan membantu klien agar mampu menghadapi kecemasan sehubungan dengan tindakan memilih diri, dan menerima kenyataan bahwa dirinya lebih dari sekedar korban kekuatan-kekuatan deterministik diluar dirinya.
Kelebihan : menurut saya salah satu kelebihan dari terapi ini adalah memberikan kebebasan kepada klien untuk dapat mengambil keputusan sendiri dengan begitu klien dapat lebih bebas dan bertanggung jawab terhadap kehidupannya serta dapat menerima kenyataan yang ada dikehidupannya.
Kelemahan : menurut saya salah satu kelemahan dari terapi ini adalah membutuhkan waktu yang lama dan juga keputusan ditentukan oleh klien itu sendiri.
  1. Terapi Person Centered / Client Centered

Tokoh : Carl R. Rogers
Client centered difokuskan pada tanggung jawab dan kesanggupan klien untuk menemukan cara-cara menghadapi kenyataan secara lebih penuh. Klien, sebagai orang yang paling mengetahui dirinya sendiri, adalah orang yang harus menemukan tingkah laku yang lebih pantas bagi dirinya. Tujuan dasar terapi client-centered adalah menciptakan iklim yang kondusif bagi usaha membantu klien untuk menjadi seorang pribadi yang berfungsi penuh.
Kelebihan : menurut saya salah satu kelebihan dari terapi ini adalah klien akan dapat mengekspresikan dirinya secara penuh ketika mereka didengarkan dan tidak dijustifikasi serta memberikan pengalaman positif kepada klien sehingga klien dapat fokus dalam menyelesaikan masalahnya.
Kelemahan :  menurut saya salah satu kelemahan dari terapi ini adalah ketika dalam hubungan interpersonal sulit bagi terapisnya untuk bersifat netral, selain itu menjadi kurang efektif ketika terapis pasif dan non direktif serta teknik yang dapat digunakan masih minim untuk memecahkan masalah klien.
  1. Logoterapi

Tokoh : Frankl
Logoterapi berpandangan bahwa ‘makna hidup’ (the meaning of life) dan ‘hasrat untuk hidup bermakna’ (the will to meaning) merupakan motif azasi manusia yang dapat dilihat dalam dimensi spiritual atau ‘noetic’. Logoterapi memiliki tiga konsep dasar, yakni kebebasan berkeinginan, keinginan akan makna, dan makna hidup.
Kelebihan : menurut saya salah satu kelebihan dari terapi ini adalah dapat membantu klien untuk memahami makna kehidupan yang mana setiap manusia hidup dengan tujuan dan makna hidup yang harus dipenuhi.
Kelemahan : menurut saya salah satu kelemahan dari terapi ini adalah keterbatasan klien untuk dapat menemukan makna hidupnya yang menyebabkan timbulnya masalah dalam diri klien.
  1. Terapi RET ( Rational Emotive Therapy )

Tokoh : Albert Ellis
RET adalah aliran psikoterapi yang berlandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir rasional dan jujur maupun berpikir irasional dan jahat. RET menegaskan bahwa manusia memiliki sumber-sumber yang tak terhingga bagi aktualisasi potensi-potensi dirinya dan bisa mengubah ketentuan-ketentuan pribadi dan masyarakatnya. RET menekankan bahwa manusia berpikir, beremosi, dan bertindak secara simultan. Jarang manusia beremosi tanpa berpikir, sebab perasaan-perasaan biasanya dicetuskan oleh persepsi atas suatu situasi yang spesifik.
Kelebihan : menurut saya kelebihan dari terapi ini adalah membuat klien memahami pikiran irasional dan melepaskan pikiran irasional tersebut serta memberikan pemikiran yang lebih positif dan rasional kepada klien.
Kelemahan : Menurut saya kelemahan dari terapi ini adalah karena adanya persepsi yang berbeda-beda pada setiap orang kemudian ada persepsi yang dianggap tidak rasional yang akhirnya malah menimbulkan kesalahan dalam analisisnya.
  1. Terapi Behavioral

Tokoh : Pavlov dan skinner
Terapi perilaku (behavioral therapy) adalah pengobatan yang bertujuan untuk mengubah perilaku negatif yang dapat membahayakan pasien serta menangani pikiran dan perasaan yang dapat menyebabkan perilaku yang membahayakan diri sendiri. Terapi ini dapat menangani semua jenis perilaku, mulai perilaku yang dipelajari sampai perilaku akibat pengaruh dari lingkungan sekitar. Tujuan umum terapi perilaku adalah menciptakan kodisi – kondisi baru bagi proses belajar. Terapi perilaku pada hakikatnya terdiri atas proses penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif yang pemberian pengalaman – pengalaman belajar yang didalamnya respon – respon yang layak yang belum dipelajari
Kelebihan : menurut saya kelebihan dari terapi ini adalah membantu klien untuk mengubah perilaku negatifnya untuk digantikan ke perilaku yang lebih positif lagi. Terapi ini juga mudah dipahami serta tidak terlalu membutuhkan banyak waktu dalam prosesnya.
Kelemahan : menurut saya kelemahan dari terapi ini adalah pada teknik aversi dimana klien akan mendapatkan stimulus yang disenangi bersamaan dengan stimulus yang merugikan hal ini dapat menimbulkan efek trauma pada stimulus yang merugikan tersebut karena bisa jadi menyakiti klien itu sendiri.
  1. Terapi Kelompok

Terapi Kelompok adalah psikoterapi yang dilakukan pada sekelompok klien bersama-samadengan jalan berdiskusi satu sama lain dipimpin oleh seorang terapis atau petugas kesehatan jiwayang terlatih. Terapi Kelompok adalah bentuk terapi yang melibatkan satu kelompok dari pertemuan yang telah direncanakan oleh seorang terapis yang ahli untuk memfokuskan pada satu atau lebih dalam hal kesadaran dan pengertian diri sendiri, memperbaiki hubungan interpersonal, dan perubahan tingkah laku.
Kelebihan : menurut saya kelebihan dari terapi ini adalah keterlibatan klien lainnya dalam kelompok akan sangat membantu dalam penyelesaian masalah, klien satu dengan yang lainnya dapat berbagi pengalaman dan dapat memberikan sudut pandang lain mengenai masalah yang terjadi, serta untuk klien yang kurang berani berbicara didepan umum bisa untuk dipergunakan sebagai media pembelajaran.
Kelemahan : menurut saya kelemahan dari terapi ini adalah kesulitan beberapa klien untuk dapat mengungkapkan masalahnya didepan oranglain, memberikan rasa nyaman kepada para klien pun dirasa agak sulit karena tiap klien memiliki karakter yang berbeda-beda, dan cukup sulit untuk menumbuhkan rasa percaya.

Tugas 3 Psikoterapi

Terapi Rasional Emotif

TRE adalah aliran psikoterap yang berlandaskan asumsi bahwa manusia dilahirkan dengan potensi, baik untuk berpikir rasional dan jujur maupun berpikir irasional dan jahat. TRE menegaskan bahwa manusia memiliki sumber-sumber yang tak terhingga bagi aktualisasi potensi-potensi dirinya dan bisa mengubah ketentuan-ketentuan pribadi dan masyarakatnya.
TRE menekankan bahwa manusia berpikir, beremosi, dan bertindak secara simultan. Jarang manusia beremosi tanpa berpikir, sebab perasaan-perasaan biasanya dicetuskan oleh persepsi atas suatu situasi yang spesifik.
 Ellis menunjukkan bahwa banyak jalan yang digunakan dalam TRE yang diarahkan pada satu tujuan utama, yaitu: “meminimalkan pandangan yang mengalahkan diri dari klien dan membantu klien untuk memperoleh filsafat hidup yang lebih realistik”.
Aktivitas-aktivitas terapeutik utama TRE dilaksanakan dengan maksud utama yaitu membantu klien untuk membebaskan diri dari gagasan-gagasan  yang tidak logis dan untuk belajar gagasan-gagasan yang logis sebagai penggantinya sasarannya adalah menjadikan klien menginternalisasi suatu filsafat hidup yang rasional sebagaimana dia menginternalisasi keyainan-keyakinan dokmatis yang irasional dan takhayul yang berasal dari orang tuanya maupun dari kebudayaannya.
Konselor TRE diharapkan dapat memberikan penghargaan positif tanpa syarat kepada klien atau yang disebutnya unconditional self-acceptance yaitu penerimaan diri tanpa syarat bukan dengan syarat (conditioning regard).
 Teori A-B-C tentang kepribadian
Teori A-B-C tentang kepribadian sangatlah penting bagi teori dan praktik RET. A adalah keberadaan suatu fakta, suatu peristiwa, tingkah laku atau sikap sesorang. C adalah konsekuensi atau reaksi emosional seseorang; reaksi ini bisa layak dan bisa pula tidak layak . A ( Peristiwa yang mengaktifkan ) buka penyebab timbulnya C ( Konsekensi emosional ). alih-alih, B yaitu keyakinan individu tentang A, yang menjadi penyebab C, yakni reaksi emosional. misalnya, jika sesorang memahami depresi sesudah perceraian, bukan perceraian itu sendiri yang menjadi penyebab timbulnya reaksi depresif, melainkan keyakinan orang itu tentang perceraian sebagai kegagalan, penolakan atau kehilangan teman hidup, Ellis bertahan bahkan keyakinan akan penolakkan dan kegagalan ( Pada B ) adalah yang menyebabkan depresi ( Pada C ), jadi, bukan peristiwa perceraian yang sebenarnya ( pada A ). Jadi manusia bertanggung jawab atas penciptaan reaksi-reaksi emosional dan gangguan-gangguannya sendiri.
 Teknik-Teknik Terapi RET
  1. Teknik Kognitif
Teknik-teknik kognitif adalah teknik yang digunakan untuk mengubah cara berfikir klien. Teknik ini meliputi: 1) pengajaran yaitu betapa tidak logisnya cara berpikir klien dan mengajarkan cara berpikir rasional. 2) persuasif yaitu meyakinkan klien untuk mengubah pandangannya yang kliru. 3) konfrontasi yaitu menyerang cara berpikir klien dan membawanya ke arah berpikir lebih rasional. 4) pemberian tugas yaitu memberikan tugas kepada klien untuk mencoba melakukan tindakan tertentu dalam situasi nyata.
  1. Teknik Emotif
Teknik-teknik emotif adalah teknik yang digunakan untuk mengubah emosi klien. Yang termasuk dalam teknik ini yaitu sosiodrama. role playing, modling, self modeling, latihan asertif, humor, dan latihan menahan rasa malu.
  1. Teknik Perilaku
Teknik ini digunakan untuk mengubah tingkah laku klien yang tidak diinginkan. Termasuk teknik ini adalah melalui penerapan prinsip penguatan , teknik permodelan sosial, serta relaksasi.

 Terapi Perilaku (Behaviour Therapy)

Terapi perilaku (behavioral therapy) adalah pengobatan yang bertujuan untuk mengubah perilaku negatif yang dapat membahayakan pasien serta menangani pikiran dan perasaan yang dapat menyebabkan perilaku yang membahayakan diri sendiri. Terapi ini dapat menangani semua jenis perilaku, mulai perilaku yang dipelajari sampai perilaku akibat pengaruh dari lingkungan sekitar. Untuk melakukan hal ini, terapis perilaku menggunakan gabungan teknik yang sering digunakan untuk mengobati gangguan psikologis.
Pada dasarnya terapi perilaku diarahkan pada tujuan – tujuan memperoleh perilaku baru, menghapusan perilaku yang maladaptif, serta memperkuat dan mempertahankan perilaku yang diinginkan. Klien diminta untuk menyatakan dengan cara – cara yang kongkrit jenis – jenis perilaku bermasalah yang ingin dia ubah.
Tujuan umum terapi perilaku adalah menciptakan kodisi – kondisi baru bagi proses belajar. Dasar alasannya adalah bahwa segenap tingkah laku adalah dipelajari, termasuk tingkah laku yang maladaptif. Terapi perilaku pada hakikatnya terdiri atas proses penghapusan hasil belajar yang tidak adaptif yang pemberian pengalaman – pengalaman belajar yang didalamnya respon – respon yang layak yang belum dipelajari.
Terapi perilaku harus memainkan peran penting dan direktif dalam pemberian treatment, yakni terapis menerapkan pengetahuan ilmiah pada pencarian pemecahan – pemecahan bagi masalah – masalah manusia. Terapis perilaku secara khas berfungsi sebagai guru, pengarah, dan ahli dalam mendiagnosis tingkah laku yang maladaptif dan dalam menentukan prosedur – prosedur penyembuhan yang diharapkan, mengarah kepada perilaku yang baru dan adjustive.
Krasner (1967), mengatakan bahwa peran terapis adalah memanipulasi dan mengendalikan psikoterapi dengan pengetahuan dan kecakapannya menggunakan teknik – teknik belajar dalam suatu situasi perkuatan sosial. Terapis memiliki kekuatan untuk mempengaruhi dan mengendalikan perilaku dan nilai – nilai manusia lain. Suatu fungsi penting lainnya adalah peran terapis sebagai model. Bandura (1969) menunjukkan bahwa sebagian besar proses belajar yang muncul melalui pengalaman langsung juga bisa diperoleh melalui pengamatan terhadap perilaku orang lain.
Teknik-Teknik Terapi Perilaku
  1. Desentisisasi sistematis, adalah salah satu teknik yang paling luas digunakan dalam terapi tingkah laku. Desensitisasi sistematik digunakan untuk menghapus tingkah laku yang diperkuat secara negatif, dan Ia menyertakan pemunculan tingkah laku atau respon yang berlawanan dengan tingkah laku yang hendak dihapuskan itu. Desensitisasi sistematik juga melibatkan teknik relaksasi, klien dilatih untuk santai dan mengasosiasikan keadaan santai dengan pengalaman – pengalaman pembangkit kecemasan yang dibayangkan atau yang divisualisasi.
  2. Latihan asertif, bisa diterapkan terutama pada situasi interpersonal dimana individu mengalami kesulitan untuk menerima kenyataan bahwa menyatakan atau menegaskan diri adalah tindakan yang layak atau benar. Latihan asertif akan membantu bagi orang – orang yang tidak mampu mengungkapkan kemarahan atau perasaan tersinggung, menunjukkan kesopanan yang berlebihan dan selalu mendorong orang lain untuk mendahuluinya, memiliki kesulitan untuk mengatakan “tidak”, mengalami kesulitan untuk mengungkapkan afeksi dan respon – respon positif lainnya, dan merasa tidak punya hak untuk memiliki perasaan – perasaan dan pikiran sendiri. Latihan asertif menggunakan prosedur – prosedur permainan peran. Perilaku menegaskan diri pertama – tama dipraktekkan dalam situasi permainan peran, dan dari sana diusahakan perilaku menegaskan diri itu diperaktekkan dalam situasi – situasi kehidupan nyata. Terapis memberikan bimbingan dengan memperlihatkan bagaimana dan bilamana klien bisa kembali kepada perilaku semula, tidak tegas, serta memberikan pedoman untuk memperkuat perilaku menegaskan diri yang baru diperolehnya
  3. Teknik aversi, Teknik aversi adalah metode-metode yang digunakan para behavioris maupun secara luas sebagai metode-metode untuk membawa orang kepada perilaku yang diinginkan. Kendali-kendali aversi bisa bekerja secara langsung dan tidak disadari dan bisa secara tidak langsung dan terselubung. Misalnya seorang anak yang diberi hak istimewa jika dia menyelaraskan diri dengan bertingkah laku sebagaimana yang diharapkan dan sebaliknya anak juga belajar menggunakan kendali aversi terhadap orang tuanya. Dia belajar bahwa orang tuanya memiliki toleransi terhadap tangisan, teriakan, permintaan dan rengekan anak, belajar bahwa pada akhirnya orang tuanya itu akan memenuhi permintaannya.

Terapi Kelompok (Group Therapy)

Terapi Kelompok adalah psikoterapi yang dilakukan pada sekelompok klien bersama-samadengan jalan berdiskusi satu sama lain dipimpin oleh seorang terapis atau petugas kesehatan jiwayang terlatih (dalam Direktorat Kesehatan Jiwa). Terapi kelompok adalah perawatan modalitas untuk lebih dari satu orang yang menyediakanhasil yang terapeutik untuk individu (dalam Deborah Atai Otong). Terapi Kelompok adalah bentuk terapi yang melibatkan satu kelompok dari pertemuan yangtelah direncanakan oleh seorang terapis yang ahli untuk memfokuskan pada satu atau lebih dalam hal : Kesadaran dan pengertian diri sendiri, Memperbaiki hubungan interpersonal, dan Perubahan tingkah laku.
Tujuan Terapi Kelompok;
 Tujuan Umum :
* Meningkatkan kemampuan uji realitas
* Membentuk sosialisasi
* Meningkatkan fungsi psikologis.
* Membangkitkan motivasi bagi kemampuan fungsi kognitif dan afektif 
Tujuan Khusus :
* Meningkatkan identitas diri
* Menyalurkan emosi
* Keterampilan hubungan social
Tujuan Rehabilitatif :
* Meningkatkan kemampuan hidup mandiri
* Soialisasi di tengah masyarakat
* Empati
* Meningkatkan pengetahuan problema hidup dan penyelesaian.
Teknik-teknik Terapi Kelompok
  1. Kelompok eksplorasi interpersonal
Tujuannya adalah mengembangkan kesadaran diri tentang gaya hubungan interpersonal melalui umpan balik korektif dari anggota kelompok yang lain. Klien diterima dan didukung. Oleh karena itu, klien dapat meningktkan harga diri.
  1. Kelompok bimbingan inspirasi
Kelompok yang sangat terstruktur, kohesif, mendukung, yang meminimalkan pentingnya tilikan, dan memaksimalkan nilai diskusi di dalam kelompok dan persahabatan. Termasuk dalam kelompok yang besar. Anggota kelompok sering kali dipilih seringkali karena mereka mempunyai masalah yang sama.
  1. Terapi berorientasi psikoanalitik
Suatu teknik kelompok dengan struktur yang longgar, terapis melakukan interpretasi tentang konflik nirsadar klien dan memprosesnya dari bservasi interaksi antar anggota kelompok.

 

 

 

SUMBER :

Anonim. Pengertian Terapi Modifikasi Perilaku – Proses Terapi Behavioral. http://www.psikologiku.com/ pengertian-terapi-modifikasi-perilaku/ (diakses 13 Mei 2016)
Aulia, R. Pendekatan rational emotif behaviour terapi. https://www.academia.edu/

10738626/ PENDEKATAN_RATIONAL_EMOTIF_BEHAVIOUR_TERAPI (diakses 13 Mei 2016).

Corey, G. (2009). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung: Refika

Aditama.

We, P. D. Terapi Kelompok. https://www.scribd.com/doc/134480041/Terapi-kelompok (diakses 13 Mei 2016)

Tulisan II Psikoterapi

beberapa contoh penerapan teknik intensi paradoksial :

  1. Kasus hidrofobia yang dialami seorang klien selama 4 tahun, dimana ia selalu merasa gemetar dan keluar keringat setiap kali berjabat tangan dengan atasannya. Kemudian Frankl mengajukan saran kepada kliennya supaya jika ia bertemu kembali dengan atasannya berusaha secara sengaja mengatakan pada dirinya bahwa ia akan mengeluarkan keringat sebanyak-banyaknya jika bersalaman dengan atasannya yang sebelumnya ketika ia bertemu atasannya hanya sedikit mengeluarkan keringat. Dan hasilnya ternyata klien tidak berkeringat sedikitpun saat bersalaman dengan atasannya.
  2. Kasus bakterofobia dan kompulsi mencuci yang dialami ibu rumah tangga ditangani Frankl dengan mengajak ibu tersebut menirukan apa yang dilakukannya dengan menggosok-gosokkan tangan ke lantai dan kemudian berkata, ‘’Lihat, tangan saya menjadi kotor, tetapi saya tidak bisa menemukan banyak bakteri !’’ dan kemudian ibu tersebut mau menirukannya dan selama 5 hari berikutnya gejala-gejala bakterfobia mulai menyusut dan akhirnya hilang sama sekali.
  3. Kasus Insomnia, menurut Frankl, kalau anda menderita insomnia, anda seharusnya tidak mencoba berbaring ditempat tidur, memejamkan mata, mengosongkan pikiran dan sebagainya. Anda justru seharusnya berusaha terjaga selama mungkin. Setelah itu baru anda akan merasakan adanya kekuatan yang mendorong anda untuk melangkah ke kasur.

 

sumber :

Bastaman, H.D. (2007). Logoterapi “Psikologi untuk Menemukan Makna Hidup dan Meraih

Hidup Bermakna”. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PSIKOLOGI_PEND_DAN_BIMBINGAN/195901101984032-EUIS_FARIDA/makalah_logoterapi_bk_keluarga.pdf (diakses 13 april 2016)

Tugas II Psikoterapi

Terapi Humanistik – Eksistensialis

Konsep dasar pandangan humanistik eksistensial tentang perilaku atau kepribadian

Psikologi eksistensial-humanistik berfokus pada kondisi manusia. Pendekatan ini terutama adalah suatu sikap yang menekankan pada pemahaman atas manusia alih-alih suatu system teknik-teknik yang digunakan untuk mempengaruhi klien. Oleh karena itu, pendekatan eksistensial-humanistik merupakan suatu pendekatan yang mencakup terapi-terapi yang berlainan yang kesemuanya berlandaskan konsep-konsep dan asumsi-asumsi tentang manusia.

Kesadaran diri

Manusia memiliki kesanggupan untuk menyadari dirinya sendiri, suatu kesanggupan yang unik dan nyata yang memungkinkan manusia mampu berpikir dan memutuskan. Semakin kuat kesadaran diri itu pada seseorang maka akan semakin besar pula kebebasan yang ada pada orang itu. Kesanggupan untuk memilih alternative-alternatid yakni memutuskan secara bebas di dalam kerangka pembatasnya adalah suatu aspek yang esensial pada manusia. Kebebasan memilih dan bertindak itu disertai tanggung jawab. Para eksistensialis menekankan bahwa manusia bertanggung jawab atas keberadaan dan nasibnya. Manusia bukanlah bidak dari kekuatan-kekuatan yang deterministic dari pengondisian.

Kebebasan, tanggung jawab, dan kecemasan.

Kesadaran atas kebebasan dan tanggung jawab bias menimbulkan kecemasan yang menjadi atribut dasar pada manusia. Kecemasan eksistensial juga bias diakibatkan oleh kesadaran atas keterbatasannya dan atas kemungkinan yang tak terhindarkan untuk mati (nonbeing). Kesadaran atas kematian memiliki arti penting bagi kehidupan individu sekarang, sebab kesadaran  tersebut menghadapkan individu pada kenyataan bahwa dia memiliki waktu yang terbatas untuk mengaktualkan potensi-potensinya.

Penciptaan makna

Manusia itu unik, dalam arti bahwa dia berusaha untuk menemukan tujuan hidup dan menciptakan nilai-nilai yang akan memberikan makna bagi kehidupan. Menjadi manusia juga berarti menghadapi kesendirian: manusia lahir kedunia sendirian dan mati sendirian pula. Sungguh pun pada hakikatnya sendirian, manusia memiliki kebutuhan untuk berhubungan dengan sesamanya dalam suatu cara yang bermakna, sebab manusia adalah makhluk rasional. Kegagalan dalam menciptakan hubungan yang bermakna bisa menimbulkan kondisi-kondisi isolasi, depersonalisasi, alineasi, keterasingan, dan kesepian.

 Unsur – Unsur Terapi

Tujuan-tujuan terapeutik

Terapi eksistensial bertujuan agar klien mengalami keberadaannya secara otentik dengan menjadi sadar atas keberadaan dan potensi-potensi serta sadar bahwa ia dapat membuka diri dan bertindak berdasarkan kemampuannya. Pada dasarnya tujuan terapi eksistensial adalah meluaskan kesadaran diri klien, dan karenanya meningkatkan kesanggupan pilihannya, yakni menjadi bebas dan bertanggung jawab atas arah hidupnya. Selain itu terapi eksistensi juga bertujuan membantu klien agar mampu menghadapi kecemasan sehubungan dengan tindakan memilih diri, dan menerima kenyataan bahwa dirinya lebih dari sekedar korban kekuatan-kekuatan deterministik diluar dirinya.

Fungsi dan peran terapis

Tugas utama terapis adalah berusaha memahami klien sebagai ada dalam-dunia. Teknik yang digunakan mengikuti alih-alih mendahului pemahaman. Karena menekankan pada pengalaman klien sekarang, para terapis eksistensial menunjukan keleluasaan dalam menggunakan metode-metode, dan prosedur yang digunakan oleh mereka bisa bervariasi tidak hanya dari klien yang satu kepada klien yang lainnya, tetapi juga dari satu ke lain fase terapi yang dijalani oleh klien yang sama.

Hubungan antara terapi dan klien

Hubungan terapeutik sangat penting bagi terapis eksistensial. Penekanan diletakkan pada pertemuan antar manusia dan perjalanan bersama alih-alih pada teknik-teknik yang mempengaruhi klien. Isi pertemuan terapi adalah pengalaman klien sekarang, bukan “masalah” klien. Hubungan dengan oranglain dalam kehadiran yang otentik difokuskan kepada “disini dan sekarang”. Masa lampau atau masa depan hanya penting bila waktunya berhubungan langsung.

Teknik – teknik Terapi

Tidak seperti kebanyakan pendekatan terapi, pendekatan eksistensial-humanistik tidak memiliki teknik-teknik yang ditentukan secara ketat. Prosedur-prosedur terapeutik bisa dipungut dari beberapa pendekatan terapi lainnya. Metode-metode yang berasal dari terapi Gestalt dan Analisis Transaksional sering digunakan, dan sejumlah prinsip dan prosedur psikoanalisis bisa diintegrasikan ke dalam pendekatan eksistensial-humanistik.

 Person Centered Therapy

Konsep dasar pandangan Carl Roger tentang perilaku atau kepribadian

Padangan client-centered tentang sifat manusia menolak konsep tentang kecenderungan-kecenderungan negatif dasar. Rogers menunjukkan kepercayaan yang mendalam pada manusia. Ia memandang manusia tersosialisasi dan bergerak ke muka, berjuang untuk berfungsi penuh, serta memiliki kebaikan yang positif yang intinya yang terdalam. Manusia dipercayai dan karena pada dasarnya kooperatif dan konstruktif, tidak perlu diadakan pengendalian terhadap dorongan-dorongan agresifnya. Terapi client-centered berakar pada kesanggupan klien untuk sadar dan membuat putusan-putusan.

Pendekatan client-centered difokuskan pada tanggung jawab dan kesanggupan klien untuk menemukan cara-cara menghadapi kenyataan secara lebih penuh. Klien, sebagai orang yang paling mengetahui dirinya sendiri, adalah orang yang harus menemukan tingkah laku yang lebih pantas bagi dirinya.

Unsur-unsur terapi

Tujuan-tujuan terapeutik

Tujuan dasar terapi client-centered adalah menciptakan iklim yang kondusif bagi usaha membantu klien untuk menjadi seorang pribadi yang berfungsi penuh. Guna mencapai tujuan terapeutik tersebut, terapis perlu mengusahakan agar klien bisa memahami hal-hal yang ada dibalik topeng yang dikenakannya. Klien mengembangkan kepura-puraan dan bertopeng sebagai pertahanan terhadap ancaman. Sandiwara yang dimainkan oleh klien menghambatnya untuk tampil utuh dihadapan oranglain dan dalam usahanya menipu oranglain, ia menjadi asing terhadap dirinya sendiri.

Rogers menguraikan ciri-ciri orang yang bergerak ke arah menjadi bertambah teraktualkan adalah keterbukaan pada pengalaman, kepercayaan terhadap organisme sendiri, tempat evaluasi internal, kesediaan untuk menjadi suatu proses. Ciri-ciri tersebut merupakan tujuan-tujuan dasar terapi client centered.

Fungsi dan peran terapis

Peran terapis client centered berakar pada cara-cara keberadaannya dan sikap-sikapnya, bukan pada penggunaan teknik-teknik yang dirancang untuk menjadikan klien “berbuat sesuatu”. Pada dasarnya, terapis menggunakan dirinya sendiri sebagai alat untuk mengubah. Dengan menghadapi klien pada taraf pribadi ke pribadi, maka “peran” terapis adalah tanpa peran. Adapun fungsi terapis adalah membangun suatu iklim terapeutik yang menunjang pertumbuhan klien.

Jadi, terapis client centered membangun hubungan yang membantu dimana klien akan mengalami kebebasan yang diperlukan untuk mengeksplorasi area-area hidupnya yang sekarang diingkari atau didistorsinya. Klien menjadi kurang defensif dan menjadi lebih terbuka terhadap kemungkinan-kemungkinan yang ada dalam dirinya maupun dalam dunia.

Teknik-teknik terapi

Dalam kerangka client-centered, “teknik-teknik”-nya adalah pengungkapan dan pengkomunikasian penerimaan, respect, dan pengertian, serta berbagi upaya dengan klien dalam mengembangkan kerangka acuan internal dengan memikirkan, merasakan, dan mengekplorasi. Menurut pandangan pendekatan client-centered, penggunaan teknik-teknik sebagai muslihat terapis akan mendepersonalisasi hubungan terapis klien. Teknik-teknik harus menjadi suatu pengungkapan yang jujur dari terapis, dan tidak bisa digunakan secara sadar diri sebab terapis tidak akan menjadi sejati.

 Logoterapi

Konsep dasar pandangan frankl tentang perilaku atau kepribadian

Logoterapi berpandangan bahwa ‘makna hidup’ (the meaning of life) dan ‘hasrat untuk hidup bermakna’ (the will to meaning) merupakan motif azasi manusia yang dapat dilihat dalam dimensi spiritual atau ‘noetic’. Jadi, Frankl berpendapat bahwa ada dimensi lain selain dimensi somatik dan psikis, yaitu dimensi spiritual. Tampaknya Frankl tidak memisahkan antara fisik, psikis dan spiritual seorang manusia dan menganggapnya merupakan satu kesatuan yang utuh. Konflik dasar spiritual yang muncul dari dalam diri seseorang dapat terjadi sebagai akibat ketidakmampuannya untuk muncul secara spiritual mengatasi kondisi fisik dan psikisnya.

Konflik ini tidak berakar pada kerumitan psikologis, akan tetapi terpusat pada hal spiritual dan etis. Apabila terdapat satu konflik spiritual dapat menyebabkan gangguan psikologis (neurosis) yang disebut Frankl sebagai ‘noogenic neurosis’. Terapi ini bertujuan untuk memenuhi doroangan spiritual yang dibawa oleh manusia sejak lahir dengan mengeksplorasi makna keberadaan manusia.

Unsur-unsur terapi

Ajaran dalam Logoterapi mempunyai 3 landasan filsafat, yaitu :

  1. The freedom of will: kebebasan tetapi terbatas, bukan kebebasan dari sesuatu tetapi kebebasan mengambil sikap terhadap sesuatu. Kebebasan yang dimaksud di sini adalah kebebasan yang bertanggungjawab.
  2. The will to meaning : merupakan motivasi dasar manusia. Yang dimaksudkan dengan keinginan untuk bermakna adalah : tertuju kepada hal-hal yang berada di luar diri manusia tersebut, bukan berpusat pada diri sendiri (self-centered)
  3. The meaning of life : dapat ditemukan oleh manusia dalam kehidupannya, termasuk pada saat mengalami penderitaan (rasa bersalah, sakit, kematian). Makna hidup setiap orang sifatnya unik, personal, spesifik, dan temporer. Makna hidup tidak dapat diberikan oleh siapapun, jadi harus ditemukan oleh diri sendiri.

 Teknik-teknik terapi

  1. Persuasif

Salah satu teknik yang digunakan dalam logoterapi adalah teknik persuasif, yaitu membantu klien untuk mengambil sikap yang lebih konstruktif dalam menghadapi kesulitannya. Frankl, menggambarkan hal ini dalam satu kasus tentang seorang perawat yang menderita tumor yang tidak dapat dioperasi dan mengalami keputusasaan karena ketidakmampuannya untuk bekerja dalam profesinya yang sangat terhormat.

  1. Paradoxical-intention

Paradoxical intention pada dasarnya memanfaatkan kemampuan mengambil jarak (self-detachment) dan kemampuan mengambil sikap terhadap kondisi diri sendiri dan lingkungan. Paradoxical intention terutama cocok untuk pengobatan jangka pendek pasien fobia (ketakutan irrasional). Dengan teknik ini, konselor mengupayakan agar klien yang mengalami fobia mengubah sikap dari ‘takut’ menjadi ‘akrab’ dengan objek fobianya. Selain itu, teknik paradoxical intention sangat bermanfaat untuk menolong klien dengan obsesif kompulsif (tindakan yang terus-menerus dilakukan walaupun sadar hal itu tidak rasional). Antisipasi yang menakutkan terhadap suatu kejadian sering menyebabkan reaksi-reaksi yang berkembang dari peristiwa tersebut, misalnya pasien dengan obsesi yang kuat cenderung untuk menghindari obsesif-kompulsifnya. Dengan teknik paradoxical intention, mereka diajak untuk ‘berhenti melawan’, tetapi bahkan mencoba untuk ‘bercanda’ tentang gejala yang ada pada mereka, ternyata hasilnya adalah gejala tersebut akan berkurang dan menghilang. Klien diminta untuk berpikir atau membayangkan hal-hal yang tidak menyenangkan, menakutkan, atau memalukan baginya. Dengan cara ini klein mengembangkan kemampuan untuk melawan ketakutannya, seperti yang terdapat juga dalam terapi perilaku (behaviour therapy).

  1. De-reflection

Teknik logoterapi lain adalah “de-reflection”, yaitu memanfaatkan kemampuan transendensi diri (self-transcendence) yang dimiliki setiap manusia dewasa. Setiap manusia dewasa memiliki kemampuan untuk membebaskan diri dan tidak lagi memperhatikan kondisi yang tidak nyaman, tetapi mampu mengalihkan dan mencurahkan perhatiannya kepada hal-hal yang positif dan bermanfaat. Di sini klien pertama-tama dibantu untuk menyadari kemampuan atau potensinya yang tidak digunakan atau terlupakan.Ini merupakan suatu jenis daya penarik terhadap nilai-nilai pasien yang terpendam. Sekali kemampuan tersebut dapat diungkapkan dalam proses konseling maka akan muncul suatu perasaan unik, berguna dan berharga dari dalam diri klien. De-reflection tampaknya sangat bermanfaat dalam konseling bagi klien dengan  pre-okupasi somatik, gangguan tidur, dan beberapa gangguan seksual, seperti impotensi dan frigiditas

 

sumber :

Corey, G. (2009). Teori dan praktek konseling & psikoterapi. Bandung: Refika Aditama

Abidin, Zainal. (2007). Analisis eksistensial. Jakarta: Raja Grafindo Persada

Tulisan 1 Psikoterapi

Contoh Kasus Terapi Psikoanalisis dan Penerapannya.

Mira adalah seorang gadis kecil yang lucu dan ceria. Dia hidup bersama kedua orang tuanya dan kedua kakaknya, namun diusianya yang beranjak 6 tahun ada kejadian yang membuatnya sering sekali ketakutan apalagi pada saat dekat ayahnya, karena dia sering melihat perlakuan ayahnya yang tidak senonoh pada kedua kakaknya dan juga terlebih-lebih pada ibunya. Karena kejadian itu, ada banyak rasa kekecewaan hingga membuatnya sering mengalami ketakutan yang berlebihan. Dia tidak menyangka sesosok pria yang selama ini dia banggakan hanya dapat menyakiti seorang wanita. Karena rasa sakit yang timbul dalam hatinya mulai merasuk kedalam jiwa dan menjadikan dia trauma atau ketakutan yang berlebihan dibawah alam sadar akan sesuatu hal. Semenjak kejadian itu akhirnya mira mulai menutup dirinya terlebih lebih pada seorang pria.

Dan setiap ada pria yang mencoba mendekatinya, mira selalu bersikap cuek dan seakan tak peduli pada perasaan mereka. Karena masih sering terbayang-bayang akan masa lalu yang dialami oleh ibu dan kedua kakaknya, sehingga ia takut untuk menjalin hubungan dengan seorang pria. Dan lebih memilih untuk dekat dan menjalin hubungan dengan seorang wanita, karena dia merasa adanya kepuasan dan kenyaman batin bila bersama seorang wanita.

Dalam pandangan psikoanalisis yang menyebabkan seseorang menjadi lesbian adalah adanya trauma dimasa lalu. Dalam kasus Mira trauma yang didasari kekecewaan terhadap ayahnya inilah yang menyebabkan Mira tidak mempercayai lelaki dan merasa nyaman berhubungan dengan wanita yang akhirnya menjadikan dirinya Lesbian. Trauma ini bisa diatasi salah satunya dengan Terapi psikoanalisis menggunakan Teknik Asosiasi Bebas. Asosiasi Bebas adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau dan pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi-situasi traumatik dimasa lampau, yang dikenal dengan sebutan katarsis. Klien akan diminta berbaring diatas balai-balai sementara analis duduk dibelakangnya sehingga tidak mengalihkan perhatian klien pada saaat asosiasinya mengalir bebas. Dengan teknik ini klien dapat mengungkapkan pengalaman dimasa lalunya dan menghentikan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi traumatik tersebut.

Sumber : http://dokumen.tips/documents/contoh-kasus-psikoanalisis.html (diakses 18 Maret 2016)

Tugas 1 Psikoterapi

  1. Pengantar

Pengertian Psikoterapi

Psikoterapi yang lahir pada pertengahan dan akhir abad yang lalu, dilihat secara etimologis mempunyai arti sederhana, yakni “psyche” yang artinya jelas, yaitu “mind’ atau sederhananya: jiwa dan “therapy” dari Bahasa Yunani yang berarti “merawat” atau “mengasuh”, sehingga psikoterapi dalam arti sempitnya adalah “perawatan terhadap aspek kejiwaan”.

Menurut Corsini (1989) Psikoterapi adalah proses formal dari interaksi antara dua pihak, setiap pihak biasanya terdiri dari satu orang, tetapi ada kemungkinan terdiri dari dua orang atau lebih pada setiap pihak, dengan tujuan memperbaiki keadaan yang tidak menyenangkan (distress) pada salah satu dari kedua pihak karena ketidakmampuan atau malafungsi pada salah satu bidang.

Tujuan Psikoterapi

  • Tujuan Psikoterapi dengan Pendekatan psikodinamik menurut Ivey adalah membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Rekonstruksi kepribadiannya dilakukan terhadap kejadian-kejadian yang sudah lewat dan menyusun sintesis yang baru dari konflik-konflik yang lama.
  • Tujuan Psikoterapi dengan Pendekatan psikoanalisis menurut Corey adalah membuat sesuatu yang tidak sadar menjadi sesuatu yang disadari. Membantu klien dalam menghidupkan kembali pengalaman-pengalaman yang sudah lewat dan bekerja melalui konflik-konflik yang ditekan melalui pemahaman intelektual.
  • Tujuan Psikoterapi dengan Pendekatan behavioristik dijelaskan oleh Ivey adalah untuk menghilangkan kesalahan dalam belajar dan berperilaku dan untuk mengganti dengan pola-pola perilaku yang lebih bisa menyesuaikan.

Unsur Psikoterapi

  • Dua individu saling terikat dalam interaksi yang bersifat rahasia, dimana klien akan dibukakan jalan untuk menjadi tahu.
  • Interaksi umumnya terbatas pada pertukaran verbal.
  • Interaksi berlangsung dalam jangka waktu lama.
  • Hubungan bertujuan untuk mengubah perilaku tertentu pada klien, yang telah disetujui oleh kedua pihak.

Perbedaan Konseling dan Psikoterapi

Konseling dilakukan dalam jangka pendek sedangkan Psikoterapi dilakukan secara rutin dalam jangka waktu yang lebih panjang. Konseling fokus pada permasalahan tertentu sedangkan Psikoterapi fokus pada proses ketidaksadaran dan perubahan struktur kepribadian. Konseling membantu individu mengatasi hambatan untuk berkembang sedangkan Psikoterapi solusi tidak dapat diperoleh secara langsung, melainkan melalui proses pemahaman diri yang intensif terhadap dinamika masalah kehidupan.

Pendekataan Terhadap Mental Illness

Pendekatan psikoterapi terhadap mental illness menurut J.P. Chaplin, yaitu:

  • Biological
    Meliputi keadaan mental organik, penyakit afektif, psikosis dan penyalahgunaan zat. Menurut Dr. John Grey, Psikiater Amerika (1854) pendekatan ini lebih manusiawi. Pendapat yang berkembang waktu itu adalah penyakit mental disebabkan karena kurangnya insulin.
  • Psychological
    Meliputi suatu peristiwa pencetus dan efeknya terhadap perfungsian yang buruk, sekuel pasca-traumatic, kesedihan yang tak terselesaikan, krisis perkembangan, gangguan pikiran dan respon emosional penuh stres yang ditimbulkan. Selain itu pendekatan ini juga meliputi pengaruh sosial, ketidakmampuan individu berinteraksi dengan lingkungan dan hambatan pertumbuhan sepanjang hidup individu.
  • Sosiological
    Meliputi kesukaran pada sistem dukungan sosial, makna sosial atau budaya dari gejala dan masalah keluarga. Dalam pendekatan ini harus mempertimbangkan pengaruh proses-proses sosialisasi yang berlatarbelakangkan kondisi sosio-budaya tertentu.
  • Philosophic
    Kepercayaan terhadap martabat dan harga diri seseorang dan kebebasan diri seseorang untuk menentukan nilai dan keinginannya. Dalam pendekatan ini dasar falsafahnya tetap ada, yakni menghagai sistem nilai yang dimiliki oleh klien, sehingga tidak ada istilah keharusan atau pemaksaan.

  1. Terapi Psikoanalisis

Konsep dasar Terapi Psikoanalisis

Struktur Kepribadian

  • Id : merupakan komponen biologis, tempat bersemayam naluri-naluri.
  • Ego : merupakan komponen psikologis, tempat mengantarai naluri-naluri dengan lingkungan sekitar.
  • Superego : merupakan komponen sosial, tempat mempresentasikan nilai-nilai tradisional dan ideal-ideal masyarakat yang diajarkan oleh orang tua kepada anak.

 Pandangan Tentang Sifat Manusia

Pandangan Freudian tentang sifat manusia pada dasarnya pesimistik, deterministic, mekanistik dan reduksionistik. Menurut Freud, manusia dideterminasi oleh kekuatan-kekuatan irasional, motivasi-motivasi tak sadar, kebutuhan-kebutuhan dan dorongan-dorongan biologis dan naluriah, dan oleh peristiwa-peristiwa psikoseksual yang terjadi selama lima tahun pertama dari kehidupan.

Kesadaran dan Ketidaksadaran

Bagi Freud kesadaran merupakan bagian terkecil dari keseluruhan jiwa. Seperti gunung es yang mengapung yang bagian terbesarnya berada dibawah permukaan air, bagian jiwa yang terbesar berasa dibawah permukaan kesadaran. Ketidaksadaran itu menyimpan pengalaman-pengalaman, ingatan-ingatan, dan bahan-bahan yang direpresi. Kebutuhan-kebutuhan dan motivasi-motivasi yang tidak bisa dicapai yakni terletak diluar kesadaran juga berada diluar daerah kendali.

Kecemasan

Kecemasan adalah suatu keadaan tegang yang memotivasi kita untuk berbuat sesuatu. Fungsinya adalah memperingatkan adanya ancaman bahaya, yakni sinyal bagi ego yang akan terus meningkat jika tindakan-tindakan yang layak untuk mengatasi ancaman bahaya itu tidak diambil.

Mekanisme-mekanisme Pertahanan Ego

  • Penyangkalan adalah pertahanan melawan kecemasan dengan “menutup mata” terhadap keberadaan kenyataan yang mengancam.
  • Proyeksi adalah mengalamatkan sifat-sifat tertentu yang tidak bisa diterima oleh ego kepada orang lain.
  • Fiksasi adalah menjadi “terpaku” pada tahap-tahap perkembangan yang lebih awal karena mengambil langkah ketahap selanjutnya bisa menimbulkan kecemasan.
  • Regresi adalah melangkah mundur ke fase perkembangan yang lebih awal yang tuntutan-tuntutannya tidak terlalu besar.
  • Rasionalisasi adalah menciptakan alasan-alasan yang “baik” guna menghindarkan ego dari cedera.
  • Sublimasi adalah menggunakan jalan keluar yang lebih tinggi atau yang secara sosial lebih dapat diterima bagi dorongan-dorongannya.
  • Displacement adalah mengarahkan energy kepada objek atau orang lain apabila objek asal atau orang yang sesungguhnya, tidak bisa dijangkau.
  • Represi adalah melupakan isi kesadaran yang traumatis atau bisa membangkitkan kecemasan.
  • Formasi reaksi adalah melakukan tindakan yang berlawanan dengan hasrat-hasrat tak sadar.

Perkembangan Kepribadian

  • Fase oral : dari lahir sampai akhir usia satu tahun seorang bayi menjalani fase oral. Mengisap buah dada ibu untuk memuaskan kebutuhannya akan makanan dan akan kesenangan, karena mulut dan bibir merupakan zona erogen yang peka selama fase oral ini. Bayi mengalami kenikmatan erotic dari tindakan mengisapnya.
  • Fase anal : bermula dari tahun kedua dan berlanjut hingga tahun ketiga, fase anal memiliki arti penting bagi pembentukan kepribadian. Metode toilet training dan perasaan-perasaan, sikap-sikap dan reaksi-reaksi orang tua terhadap anak pada fase ini bisa memiliki efek jau ke depan atas pembentukan kepribadian.
  • Fase falik : mulai usia tiga tahun sampai dengan lima tahun. Selama fase falik ini, aktivitas seksual menjadi lebih intes dan perhatian dipusatkan pada alat-alat kelamin. Anak perlu belajar menerima perasaan seksualnya sebagai hal yang alamiah dan belajar memandang tubuhnya sendiri secara sehat.
  • Fase laten : Fase ini sangat penting dalam pengembangan keterampilan sosial dan komunikasi dan kepercayaan diri. Freud menggambarkan fase laten sebagai salah satu yang relatif stabil. tidak ada organisasi baru seksualitas berkembang, dan dia tidak membayar banyak perhatian untuk itu.
  • Fase genital : Fase akhir perkembangan psikoseksual,  individu mengembangkan minat seksual yang kuat pada lawan jenis. tujuan dari tahap iniadalah untuk menetapkan keseimbangan antara berbagai bidang kehidupan

 Unsur-unsur Terapi Psikoanalisis

Tujuan Terapi Psikoanalisis

Tujuan Terapi Psikoanalisis adalah membentuk kembali struktur karakter individual dengan jalan membuat kesadaran yang tak disadari didalam diri klien. Proses terapeutik difokuskan pada upaya mengalami kembali pengalaman-pengalaman masa kanak-kanak. Pengalaman masa lampau direkonstruksi, dibahas, dianalisis, dan ditafsirkan dengan sasaran merekonstruksi kepribadian.

Fungsi dan Peran Terapis

Karakteristik psikoanalisis adalah terapis atau analis membiarkan dirinya anonym serta hanya berbagi sedikit perasaan dan pengalaman sehingga klien memproyeksikan dirinya kepada analis. Proyeksi-proyeksi klien, yang menjadi bahan terapi, ditafsirkan dan dianalisis.

Analis terutama berurusan dengan usaha membantu klien dalam mencapai kesadaran diri, kejujuran, keefektifan dalam melakukan hubungan personal, dalam menangani kecemasan secara realistis, serta dalam memperoleh kendali atas tingkahlaku yang impulsif dan irasional. Analis terlebih dahulu harus membangun hubungan kerja dengan klien, kemudian perlu banyak mendengar dan menafsirkan.

Teknik Terapi Psikoanalisis

  • Asosiasi Bebas

Asosiasi Bebas adalah suatu metode pemanggilan kembali pengalaman-pengalaman masa lampau dan pelepasan emosi-emosi yang berkaitan dengan situasi-situasi traumatik dimasa lampau, yang dikenal dengan sebutan katarsis.

Analis meminta kepada klien agar membersihkan pikirannya dari pemikiran dan renungan sehari-hari dan sebisa mungkin, mengatakan apa saja yang melintas dalam pikirannya, betapapun menyakitkan, tolol, remeh, tidak logis, dan tidak relevan kedengarannya. Singkatnya dengan melaporkan segera tanpa ada yang disembunyikan, klien terhanyut bersama segala perasaan dan pikirannya. Cara yang khas ialah klien berbaring diatas balai-balai sementara analis duduk dibelakangnya sehingga tidak mengalihkan perhatian klien pada saaat asosiasinya mengalir bebas.

Selama proses asosiasi bebas berlangsung, tugas analis adalah mengenali bahan yang direpres dan dikurung didalam ketidaksadaran.

  • Penafsiran

Penafsiran adalah suatu prosedur dasar dalam menganalisis asosiasi-asosiasi bebas, mimpi-mimpi, resistensi-resistensi, dan trasnferensi. Prosedurnya terdiri atas tindakan-tindakan analis yang menyatakan, menerangkan, bahkan mengajari klien makna-makna tingkahlaku yang dimanifestasikan oleh mimpi-mimpi, asosiasi bebas, resistensi, dan oleh hubungan terapeutik itu sendiri.

Fungsi penafsiran adalah mendorong ego untuk mengasimilasi bahan-bahan baru dan mempercepat proses penyingkapan bahan tak sadar lebih lanjut.

  • Analisis Mimpi

Analisis Mimpi adalah sebuah prosedur yang penting untuk menyingkap bahan yang tak disadari dan memberikan kepada klien pemahaman atas beberapa area masalah yang tidak terselesaikan. Selama tidur, pertahanan-pertahanan melemah, dan perasaan-perasaan yang direpresi muncul ke permukaan.

Mimpi-mimpi memiliki dua taraf isi, yaitu isi laten da nisi manifest. Isi laten terdiri atas motif-motif yang disamarkan, tersembunyi, simbolik, dan tak disadari. Karena begitu menyakitkan dan mengancam, dorongan-dorongan seksual dan agresif tak sadar yang merupakan isi laten ditransformasikan kedalam isi manifest yang lebih dapat diterima, yakni impian sebagaimana yang tampil pada si pemimpi. Proses transformasi isi laten mimpi kedalam isi manifest yang kurang mengancam itu disebut kerja mimpi.

Tugas analis adalah menyingkpa makna-makna yang disamarkan dengan mempelajari symbol-simbol yang terdapat pada isi manifes mimpi.

  • Analisis dan Penafsiran Resistensi

Resistensi sebuah konsep yang fundamental dalam praktek psikoanalisis, adalah sesuatu yang melawan kelangsungan terapi dan mencegah klien mengemukakan bahan yang tak disadari. Freud memandang resistensi sebagai dinamika tak sadar yang digunakan oleh klien sebagai pertahanan terhadap kecemasan yang tidak bisa dibiarkan, yang akan meningkat jika klien menjadi sadar atas dorongan-dorongan dan perasaan-perasaannya yang direpresi itu.

Sebagai pertahanan terhadap kecemasan, resistensi bekerja secara khas dalam terapi psikoanalisis dengan menghambat klien dan analis dalam melaksanakan usaha bersama untuk memperoleh pemahaman atas dinamika-dinamika ketidaksadaran klien. Karena resistensi ditujukan untuk mencegah bahan yang mengancam memaski ke kesadaran, analis harus menunjukkannya, dan klien harus menghadapinya jika dia mengharapkan bisa menangani konflik-konflik secara realistis.

Penafsiran analis atau resistensi ditujukan untuk membantu klien agar menyadari alasan-alasan yang ada dibalik resistensi sehingga dia bisa menanganinya.

  • Analisis dan Penafsiran Transferensi

Transferensi mengejawantahkan dirinya dalam proses terapeutik ketika “urusan yang tak selesai” dimasa lampau klien dengan orang-orang yang berpengaruh menyebabkan dia mendistorsi masa sekarang dan bereaksi terhadap analis sebagaimana dia bereaksi terhadap ibu atau ayahnya.

Analisis transferensi adalah teknik yang utama dalam psikoanalisis, sebab mendorong klien untuk menghidupkan kembali masa lampaunya dalam terapi, juga memungkinkan klien mampu menembus konflik-konflik masa lampau yang tetap dipertahankannya hingga sekarang dan yang menghambat pertumbuhan emosionalnya.

 

Sumber:

Chaplin, J.P. (2006). Kamus Lengkap Psikologi. Jakarta: RajaGrafindo Persada.

Corey, G. (2009). Teori dan praktek konseling dan psikoterapi. Bandung: Refika Aditama.

Gunarsa, S.D. (1992). Konseling dan psikoterapi. Jakarta: PT. BPK Gunung Mulia

http://psi442.weblog.esaunggul.ac.id/wp-content/uploads/sites/697/2013/04/Psikoterapi-Pertemuan-2.ppt. (diakses 15 Maret 2016)

Tugas 4 Psikologi Manajemen

Komunikasi dalam Manajemen

Komunikasi menurut Laswell adalah sebuah proses yang memberikan gambaran siapa mengatakan apa dengan cara apa, kepada siapa dengan efek apa.
Mr. Carl I. Hovland menambahkan komunikasi sebagai proses komunikator memberikan stimulan yang umumnya terdiri atas lambang lambang bahasa (verbal atau non-verbal) sehingga terjadinya perubahan tingkah laku penerima/orang lain.
Delton E beranggapan bahwa komunikasi adalah sebagai suatu proses interaksi yang memiliki arti antara sesama manusia

Proses komunikasi adalah bagaimana komunikator menyampaikan pesan kepada komunikannya, sehingga dapat menciptakan suatu persamaan makna antara komunikan dengan komunikatornya. Proses komunikasi dapat terjadi apabila ada interaksi antar manusia dan ada penyampaian pesan untuk mewujudkan motif komunikasi.

Menurut Courtland L. Bovee dan John V. Thil tahapan-tahapan dalam proses komunikasi dapat dibagi menjadi lima tahap, yaitu:

1. Pengirim Mempunyai Suatu Ide
Ide dapat diperoleh dari berbagai sumber yang terbentang luas dihadapan kita. Sebelum melakukan komunikasi syarat utama adalah adanya ide/gagasan. Seorang komunikator yang baik, harus dapat menyaring hal-hal yang tidak penting atau tidak relevan, dan memusatkan perhatian pada hal-hal yang memang penting dan relevan. Proses tersebut dikenal sebagai abstraksi.

2. Mengubah Ide menjadi Suatu Pesan
Dalam suatu proses komunikasi tidak semua ide dapat diterima atau dimengerti dengan sempurna. Agar ide dapat diterima dan dimengerti secara sempurna pengirim pesan harus memperhatikan beberapa hal, yaitu: subjek (apa yang ingin disampaikan), maksud (tujuan), audience, gaya personal, dan latar belakang budaya. Ide yang berbentuk abstrak harus diubah kedalam bentuk pesan.

3. Pemindahan Pesan.
Setelah mengubah ide-ide ke dalam suatu pesan, tahap berikutnya adalah memindahkan atau menyampaikan pesan melalui berbagai saluran yang ada kepada si penerima. Pesan tak mungkin dapat dipahami oleh pihak lain tanpa adanya pemindahan pesan. Panjang-pendeknya saluran komunikasi yang digunakan, akan berpengaruh terhadap efektivitas penyampaian pesan.

4. Penerima Menerima Suatu Pesan
Komunikasi antara seseorang dengan orang lain akan terjadi, bila pengirim mengirimkan suatu pesan dan penerima menerima suatu pesan pesan tersebut. Pesan tak mungkin dapat dipahami oleh pihak lain tanpa adanya pemindahan pesan.

5. Penerima Memberi Tanggapan dan Umpan-Balik ke Pengirim
Umpan-balik (feed back) adalah penghubung akhir dalam suatu mata rantai komunikasi. Ia merupakan tanggapan penerima pesan yang memungkinkan pengirim untuk menilai efektivitas suatu pesan. Feed back dapat berfungsi sebagai koreksi bagi pengirim.

Hambatan-hambatan dalam Komunikasi :
1. Hambatan dari Proses Komunikasi
2. Hambatan Fisik
3. Hambatan Semantik.
4. Hambatan Psikologis

Komunikasi interpersonal adalah proses pertukaran informasi diantara seseorang dengan paling kurang seorang lainnya atau biasanya di antara dua orang yang dapat langsung diketahui balikannya. (Muhammad, 2005).

Komunikasi dapat di katakan efektif apabila pesan diterima dan dimengerti sebagaimana di masut oleh pengirim pesan,pesan di tindak lanjuti dengan sebuah perbuatan secara suka rela oleh penerima pesan,dapat meningkatkan kualitas hubungan antar pribadi,dan tidak ada hambatan untuk itu.

Definisi berdasarkan komponen (Componential Definition)
Definisi bedasarkan komponen menjelaskan komunikasi antar pribadi dengan mengamati komponen-komponen utamanya, yaitu penyampaian pesan oleh salah satu orang dan penerimaan pesan oleh orang lain atau sekelompok kecil orang, dengan berbagai dampaknya dan dengan peluang untuk memberikan umpan balik segera.

Definisi berdasarkan situasional (Situational)
Saling ketergantungan diantara kedua belah pihak (dyad) dijadikan sebagai karakteristik yang paling jelas dari komunikasi interpersonal. Organisasi menetapkan bahwa hubungan interpenetratif dan interlocking untuk mengkoordinasikan kerja. “Dyadic communication mulai berfungsi ketika ada kemungkinan tindakan setiap orang mempengaruhi yang lain” (Wilmot,1979, hal. 9). Jadi, menurut definisi, hubungan atasan-bawahan, kolega, anggota tim proyek, atau kombinasi kerja lain, merupakan contoh-contoh komunikasi interpersonal. Rasa ketergantungan ini merupakan faktor penting dalam banyak situasi kerja. Anda tidak dapat menolak untuk bekerja dengan seseorang hanya karena Anda tidak ingin menjadi teman mereka, dan Anda harus bekerjasama dengan orang lain untuk menyelesaikan banyak tugas yang diberikan. Bekerja secara efektif dengan rekan kerja, bos, pelanggan, dan bawahan akan berkaitan langsung dengan keberhasilan pribadi Anda sendiri. Ketidakmampuan untuk bergaul dengan orang lain adalah nomor dua alasan bagi karyawan dipecat (“personal problem,” 1990). Yang lainnya adalah ketidakmampuan (pertama), ketidakjujuran (ketiga), sikap negatif (keempat), dan kurangnya motivasi (kelima). Disisi lain mata uang, kemampuan untuk bergaul dengan orang lain adalah atribut yang paling penting kedua untuk mendapatkan depan menurut The Wall Street Journal (Nirenberg,1989). Integritas adalah yang pertama. Mendukung rasa ketergantungan, tampaknya, merupakan prasyarat untuk mempertahankan dan memajukan pekerjaan.

Model Pengolahan Informasi
model pengolahan informasi dibawah ini ada 4 yaitu:
1. Rational
2. Limited capacity
3. expert
4. cybernetic

Model Interaktif Manajemen
1. Confidence
Dalam manajemen timbulnya suatu interaksi karena adanya rasa nyaman. Kenyamanan tersebut dapat membuat suatu organisasi bertahan lama dan menimbulkan suatu kepercayaan dan pengertian.
2. Immediacy
Ini adalah model organisasi yang membuat suatu organisasi tersebut menjadi segar dan tidak membosankan
3. Interaction management
Adanya berbagai interaksi dalam manajemen seperti mendengarkan dan juga menjelaskan kepada berbagai pihak yang bersangkutan
4. Expressiveness
Mengembangkan suatu komitmen dalam suatu organisasi dengan berbagai macam ekspresi perilaku.
5. Other-orientation
Sumber :
http://www.lusa.web.id/proses-komunikasi/ (diakses 1 Januari 2015)
http://www.apapengertianahli.com/2014/11/pengertian-komunikasi-apa-itu-komunikasi.html (diakses 1 Januari 2015)
http://jurnalapapun.blogspot.co.id/2014/03/tahapan-tahapan-dalam-proses-komunikasi.html (diakses 1 Januari 2015)
http://ziezaahh.blogspot.co.id/2014/01/komunikasi-dalam-manajemen.html (diakses 1 Januari 2015)

Artikel Impian Karir

Saat saya kecil saya memiliki impian untuk menjadi seorang dokter, kemudian seiring berjalannya waktu saya menyadari bahwa saya kurang memiliki kemampuan dibidang tersebut, terlebih lagi ketika saya di SMA saya memutuskan masuk jurusan IPS karena kurang menyukai pelajaran fisika dan biologi.

Akhirnya saya memutuskan untuk melanjutkan ke jurusan psikologi selepas dari SMA, bukan hanya karena mengikuti mama saya yang merupakan lulusan psikologi tapi juga karena menurut saya dengan saya belajar psikologi saya bisa menolong dan menyembuhkan orang-orang walaupun bukan secara medis dan obat-obatan tapi secara emosional, konseling serta dapat memahami kondisi orang-orang yang mengalami kekurangan secara fisik maupun mental disaat oranglain kurang dapat memahami mereka.

Kemudian masuklah saya ke jurusan psikologi gunadarma, setelah menjadi mahasiswa psikologi saya belajar banyak mengenai manusia dari berbagai sisi mulai perkembangannya, perilakunya, emosinya dan masih banyak lagi. Saya pribadi sangat tertarik dengan mata kuliah psikologi perkembangan karena membahas mengenai bagaimana perkembangan hidup seseorang dari mulai dia masih dalam kandungan sampai akhir hidupnya, namun saya paling suka bagan bab dimasa kanak-kanak karena saya pribadi menyukai anak kecil.

Maka saya pun berkeinginan untuk menjadi psikolog anak dan bekerja dibidang yang berkaitan dengan anak-anak atau bekerja dibidang yang berkaitan dengan sosial.

Tugas III Psikologi Manajemen

Mengendalikan Fungsi Manajemen

 Controlling atau Mengendalikan atau Pengawasan adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi umpan balik, membandingkan kegiatan nyata dengan standar yang telah diterapakan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan­-penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan digunakan dengan cara paling efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan.

Konntz dan O’Donnell (1964), mengartikan bahwa pengendalian atau pengawasan adalah pengukuran atau perbaikan terhadap pelaksanaan kerja bawahan agar rencana-rencana yang telah dibuat untuk mencapai tujuan organisasi dapat terselenggara dengan baik.

Mc. Farland memberikan definisi, pengawasan adalah suatu proses dimana pimpinan ingin mengetahui apakah hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh bawahan sesuai dengan rencana, perintah, tujuan atau kebijakan yang telah ditentukan.

 

Langkah-Langkah dalam Kontrol

Dalam proses pengendalian (kontrol) dibutuhkan langkah-langkah seperti berikut ini :

  1. Menentukan standar-standar yang akan digunakan menjadi dasar pengendalian.
  2. Mengukur pelaksanaan atau hasil yang telah dicapai.
  3. Membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standar dan menentukan penyimpangan bila ada.
  4. Melakukan tindakan perbaikan, jika terdapat penyimpangan agar pelaksanaan dan tujuan sesuai dengan rencana.

Ada 4 tipe kontrol dalam pengendalian manajemen, yaitu :

  1. Pengendalian dari dalam organisasi (kontrol internal)

Adalah pengendalian yang dilakukan oleh oleh aparat/unit pengendalian yang dibentuk dari dalam organisasi itu sendiri (dalam satu atap). Aparat/unit pengendalian ini bertugas mengumpulkan data dan informasi yang diperlukan oleh pimpinan untuk melihat dan menilai kemajuan atau kemunduran dalam pelaksanaan pekerjaan. Selain itu pimpinan dapat mengambil suatu tindakan korektif terhadap hasil pelaksanaan pekerjaan yang dilakukan oleh bawahannya (internal control), misalnya unit kerja Inspektorat Jenderal sebagai unit pengawasan di tingkat departemen.

 

  1. Pengendalian luar organisasi (kontrol eksternal)

Adalah pengendalian yang dilakukan oleh Aparat/Unit Pengendalian dari luar organisasi terhadap departemen (lembaga pemerintah lainnya) atas nama pemerintah. Selain itu pengawasan dapat pula dilakukan oleh pihak luar yang ditunjuk oleh suatu organisasi untuk minta bantuan pemeriksaan/pengendalian terhadap organisasinya. Misalnya Konsultan Pengawas, Akuntan swasta dan sebagainya.

 

  1. Pengendalian preventif

Pengendalian preventif adalah pengendalian yang dilakukan sebelum rencana itu dilaksanakan. Maksud pengendalian preventif adalah untuk mencegah terjadinya kekeliruan/kesalahan.

 

  1. Pengendalian represif

Pengendalian represif adalah pengendalian yang dilakukan setelah adanya pelaksanaan pekerjaan. Maksud dilakukannya pengendalian represif adalah untuk menjamin kelangsungan pelaksanaan pekerjaan agar hasilnya tidak menyimpang dari yang telah direncanakan (dalam pengendalian anggaran disebut post- audit).

Membuat startegi controlling  untuk organisasi

  1. Menentukan standar yang akan digunakan sebagai dasar pengendalian,
  2. Mengukur pelaksanaan atau hasil yang sudah dicapai dengan melaksanakan evaluasi terhadap kinerja serta kompetensi SDM yang dimiliki,
  3. Membandingkan pelaksanaan atau hasil dengan standar.

Kembali membandingkan hasil pelaksanaan kegiatan dengan tujuan awal (rencana) kegiatan tersebut dilaksanakan, dan mengukur capaian keberhasilannya,

  1. Melakukan tindakan perbaikan.

Jika ada kesalahan atau penyimpangan, segera melakukan perbaikan,

  1. Meninjau dan menganalisis ulang rencana.

Kembali membuat rencana baru jika terjadi penyimpangan. Namun jika hasilnya sesuai dengan tujuan program, maka perlu dibuatkan rencana lanjutan untuk melanjutkan program yang berhasil tersebut, sehingga tujuan organisasi semakin dekat untuk dicapai.

 

Kekuasaan dan Pengaruh

Abdul Muiz mengungkapkan bahwa Kekuasaan dapat didefinisikan sebagai suatu potensi pengaruh dari seorang pemimpin. Kekuasaan seringkali dipergunakan silih berganti dengan istilah pengaruh dan otoritas.

Max Weber merumuskan kekuasaan itu sebagai suatu kemungkinan yang membuat seorang aktor di dalam suatu hubungan sosial berada dalam suatu jabatan untuk melaksanakan keinginannya sendiri dan yang menghilangkan halangan.

Walter Nord Merumuskan kekuasaan itu sebagai suatu kemampuan untuk mempengaruhi aliran, energi dan dana yang tersedia untuk mencapai suatu tujuan yang berbeda secara jelas dari tujuan lainnya. Kekuasaan dipergunakan hanya jika tujuan-tujuan tersebut paling sedikit mengakibatkan perselisihan satu sama lain.

Rogers merumuskan kekuasaan sebagai suatu potensi dari suatu pengaruh. Dengan demikian kekuasaan adalah suatu sumber yang bisa atau tidak bisa untuk dipergunakan. Penggunaan kekuasaan selalu mengakibatkan perubahan dalam kemungkinan bahwa seseorang atau kelompok akan mengangkat suatu perubahan perilaku yang diinginkan.

Sumber – sumber kekuasaan

  1. Kekuasaan bersumber pada kedudukan
    • Kekuasaan formal/legal
    • Kekuasaan atas sumber dan ganjaran
    • Kendali atas hukuman
    • Kendali atau informasi
    • Kendali ekologik
  2. Kekuasaan bersumber pada kepribadian
    • Keahlian atau keterampilan
    • Persahabatan atau kesetiaan
    • Kharisma
  3. Kekuasaan bersumber pada politik
  • Kendali atas proses pembuatan keputusan
  • Koalisi
  • Partisipasi
  • Institusional

Pengaruh (influence) adalah suatu transaksi sosial dimana seseorang atau kelompok di bujuk oleh seorang atau kelompok lain untuk melakukan kegiatan sesuai dengan harapan mereka yang mempengaruhi.

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2005: 849), “Pengaruh adalah daya yang ada atau timbul dari sesuatu (orang atau benda) yang ikut membentuk watak, kepercayaan atau perbuatan seseorang.”

Sementara itu, Surakhmad (1982:7) menyatakan bahwa pengaruh adalah kekuatan yang muncul dari suatu benda atau orang dan juga gejala dalam yang dapat memberikan perubahan terhadap apa-apa yang ada di sekelilingnya.

Jadi, dari pendapat-pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa pengaruh merupakan kekuatan-kekuatan yang muncul dari seseorang ataupun benda-benda serta segala sesuatu yang ada di alam sehingga mempengaruhi apa-apa yang ada di sekitarnya.

Pengaruh taktik dalam organisasi

Untuk memahami komponen politik dari organisasi, mengkaji taktik dan strategi yang digunakan oleh seseorang atau subunit untuk meningkatkan peluangnya dalam memenangkan permainan politik, individu atau subunit dapat menggunakan beberapa taktik poltik untuk memperoleh kekuasaan dalam mencapai tujuan. Taktik memainkan politik dalam organisasi adalah sebagai berikut:

Meningkatkan ketidakmampuan mengganti. Jika dalam suatu organisasi hanya ada satu-satunya orang atau subunit yang mampu melakukan tugas  yang dibutuhkan oleh subunit atau organisasi, maka ia atau subunit tersebut dikatakan sebagai memiliki ketidakmampuan mengganti.

Dekat dengan manajer yang berkuasa. Cara lain untuk memperoleh kekuasaan adalah dengan mengadakan pendekatan dengan manajer yang sedang berkuasa.

Membangun koalisi. Melakukan koalisi dengan individu atau subunit lain yang memiliki kepentingan yang berbeda merupakan taktik politik yang dipakai oleh manajer untuk memperoleh kekuasaan untuk mengatasi konflik sesuai dengan keinginanya.

Mempengaruhi proses pengambilan keputusan. Dua taktik untuk mengendalikan proses pengambilan keputusan agar penggunaan kekuasaan nampaknya memiliki legitimasi dan sesuai dengan kepentingan organisasi yaitu mengendalikan agenda dan menghadirkan ahli dari luar.

Menyalahkan atau menyerang pihak lain. Manajer biasanya melakukan ini jika ada sesuatu yang tidak beres atau mereka tidak dapat menerima kegagalannya dengan cara menyalahkan pihak lain yang mereka anggap sebagai pesaingnya.

Memanipulasi informasi. Taktik lain yang sering dilakukan adalah manipulasi informasi. Manajer menahan informasi, menyampaikan informasi kepada pihak lain secara selektif, mengubah informasi untuk melindungi dirinya.

Menciptakan dan menjaga image yang baik. Taktik positif yang sering dilakukan adalah menjaga citra yang baik dalam organisasi tersebut. Hal ini meliputi penampilan yang baik, sopan, berinteraksi dan menjaga hubungan baik dengan semua orang, menciptakan kesan bahwa mereka dekat dengan orang-orang penting dan hal yang sejenisnya.

 

 

Sumber :
Hasibuan, M. S. P. (2008) Manajemen Sumber Daya Manusia. Sinar
Grafika Offset : Jakarta
Stoner, J.A.F., Sitrait, A. (1993). Manajemen. Jakarta: Penerbit Erlangga.
Stoner, J.A.F., Freeman, R.E., Gilbert Jr, D.R., (1995). Manajemen: jilid I.
Jakarta: Prenhallindo.
Thoha, Miftah. (2003). Kepemimpinan dalam Suatu Manajemen: Suatu
Pendekatan Perilaku. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Winardi. (1990). Kepemimpinan dalam Manajemen. Bandung: Rineka Cipta.
http://www.kompasiana.com/ndull/fungsi-controlling-pengendalian-pengawasan-dalam-manajemen-pendidikan_54f79c3ea33311601c8b4590 (diakses 20 November 2015).
https://hestuningikrarini.wordpress.com/2014/12/02/kekuasaan-dan-pengaruh-definisi-kekuasaan-sumber-sumber-kekuasaan-definisi-pengaruh-dan-pengaruh-taktik-organisasi/ (diakses 20 November 2015).
http://rickyanggili.blogspot.co.id/2011/11/poac-planning-organizing-actuating.html (diakses 21 November 2015).

 

Tugas 2 Psikologi Manajemen

A. Pengorganisasian Struktur Manajamen

 Organizing atau Pengorganisasian merupakan suatu cara pengaturan pekerjaan dan pengalokasian pekerjaan di antara para anggota organisasi sehingga tujuan organisasi dapat dicapai secara efisien (Stoner, 1996).

Struktur Organisasi adalah struktur atau susunan pembagian wewenang dan tanggung jawab secara keseluruhan dari suatu organisasi

Pengorganisasian sebagai fungsi dari manajemen yang meliputi :

  1. Organisasi formal

Organisasi formal adalah suatu organisasi yang memiliki struktur yang jelas, pembagian tugas yang jelas, serta tujuan yang ditetapkan secara jelas. Atau organisasi yang memiliki struktur (bagan yang menggambarkan hubungan-hubungan kerja, kekuasaan, wewenang dan tanggung jawab antara pejabat dalam suatu organisasi). Atau organisasi yang dengan sengaja direncanakan dan strukturnya secara jelas disusun. Organisasi formal harus memiliki tujuan atau sasaran. Tujuan ini yang menjadi salah satu faktor yang mempengaruhi struktur organisasi yang akan dibuat.

  1. Organisasi Informal

Organisasi Informal adalah kumpulan dari dua orang atau lebih yang telibat pada suatu aktifitas serta tujuan bersama yang tidak disadari. Keanggotaan pada organisasi-organisasi informal dapat dicapai baik secara sadar maupun tidak sadar, dan kerap kali sulit untuk menentukan waktu eksak seseorang menjadi anggota organisasi tersebut. Sifat eksak hubungan antar anggota dan bahkan tujuan organisasi yang bersangkutan tidak terspesifikasi. Contoh organisasi informal adalah pertemuan tidak resmi seperti makan malam bersama. Organisasi informal dapat dialihkan menjadi organisasi formal apabila hubungan didalamnya dan kegiatan yang dilakukan terstruktur dan terumuskan.

Struktur Organisasi Fungsional

Orang-orang dikelompokkan ke dalam departemen – departemen menurut kesamaan keterampilan dan aktivitas-aktivitas kerja.

Manfaat Struktur Organisasi Fungsional adalah

  • Koordinasi yang luar biasa dalam fungsi-fungsi

  • Pemecahan masalah teknikal yang berkualitas

  • Penggunaan sumberdaya yang efisien, skala ekonomis

  • Kemajuan karier dalam departemen fungsional

  • Spesialisasi keterampilan yang mendalam dan pengembangan

  • Panduan dan pengendalian dari manajemen Puncak

Kelemahan Stuktur Organisasi Fungsional adalah

  • Tanggung jawab bagi masalah yang muncul sulit ditunjukkan secara tepat

  • Keputusan terkonsentrasi pada hirarki puncak, menciptakan penundaan

  • Komunikasi lintas departemen fungsional yang buruk

  • Pelatihan manajemen umum yang terbatas bagi karyawan

  • Tanggapan lambat yang diberikan pada perubahan lingkungan, ketinggalan inovasi

  • Pandangan terbatas mengenai sasaran organisasi dari pada karyawan

1

Contoh perusahaan yang menggunakan struktur Fungsional, yaitu:

  1. Gambaran Umum Perusahaan

BCA Card Centre Cabang Surabaya merupakan cabang kedua dari empat kantor cabang yang dimiliki oleh BCA Card Centre di Indonesia. Sebagai cabng yang kedua, BCA Card Centre Cabang Surabaya secara resmi mulai beroperasi pada bulan April tahun a992, dimana pendiriannya mengacu pada dasar hukum atas kegiatan usaha institusi kartu kredit yang pada umumnya dikeluarkan oleh bank-bank Indonesia.

  1. Struktur Organisasi

struktur-organisasi

Adapun tugas dan tanggung jawab dari masing-masing bagian dapat di uraikan sebagai berikut :

  • Branch Manager

  1. Bertanggung jawab atas kemajuan perusahaan.

  2. Bertanggung jawab kepada pimpinan pusat.

  3. Mempunyai wewenang tertinggi dalam pengambilan keputusan.

  4. Mengkoordinasi dan mengawasi pelaksanaan pekerjaan masing-masing bagian yang ada dalam perusahaan.

  • Sekretaris

  1. Membantu Branc Manager dalam melaksanakan tugas-tugasnya.

  2. Menangani masalah-masalah kesekretariatan, seperti surat-menyurat, file, dan sebagainya.

  • Marketing Unit Head

  1. Bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan yang ada di bagian/unit pemasaran.

  2. Mengkoordinasikan dan mengawasi bagian-bagian yang ada pada bagian/unit pemasaran agar dapat bekerja sesuai dengan tujuan perusahaan.

  • Marketing Cardholder

    Bertugas untuk menawarkan atau mempromosikan BCA Card ke perusahaan-perusahaan agar mau memiliki BCA Card.

  • Marketing Merchant

    Bertugas untuk menawarkan atau mempromosikan BCA Card dengan mendatangi toko-toko atau pedagang agar mau menerima pembayaran dengan menggunakan BCA Card.

  • Marketing Support

    Bagian dalam yang bertanggung jawab untuk mengurusio administrasi.

  • Customer Service

    Bertugas untuk melayani pelanggan/konsumen yang datang langsung ke BCA Card Centre ataupun yang melalui telepon.

  • Credit

  1. Bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan yang ada di bagian kredit.

  2. Mengkoordinasi dan mengawasi bagian-bagian yang ada pada bagian kredit sesuai dengan tujuan perusahaan.

  • Analisa Kredit

    Bertugas menganalisa setiap permohonan/aplikasi yang masuk ke BCA Card Centre.

  • Pengawasan Kredit

    Bertugas untuk mengecek tagihan yang masuk ke BCA Card Centre dan mengawasi kartu-kartu kredit.

  • Penagihan Kredit

    Bertugas untuk mengurusi pembayaran Cardholder dengan cara menelpon atau menagih secara langsung.

  • Risk dan Management Security

    Bertugas untuk membantu bagian pengawasan dan penagihan kredit (karena ketiga-tiganya saling berkaitan).

  • Operational Unit Head

  1. Bertanggung jawab atas seluruh pekerjaan yang ada di bagian/unit operasional. agar dapat bekerja sesuai dengan tujuan perusahaan.

  2. Mengkoordinasi dan mengawasi bagian-bagian yang ada pada bagian/unit operasional agar dapat bekerja sesuai dengan tujuan perusahaan.

  • Kasie Operasional

    -Bertanggung jawab kepada Operasional Unit Head.

    -Mengawasi tugas-tugas dari Staff Operational I dan Staff Operational II.

  • Staff Operational I dan Staff Operational II

    Bertugas untuk mengoperasikan/memproses faktur-faktur yang masuk ke BCA Card Centre.

  • Kolektor

    Bertugas untuk mengambil faktur di toko-toko atau pedagang yang menerima pembayaran dengan BCA Card.

Struktur Organisasi Divisional

Departemen dikelompokkan ke dalam divisi mandiri terpisah berdasarkan pada kesamaan produk, program, atau daerah geografis. Perbedaan keterampilan merupakan dasar departementalisasi, dan bukannya kesamaan keterampilan

Manfaat Struktur Organisasi Divisional

  • Pembebanan tanggung jawab yang jelas bagi permasalahan produk

  • Cepat tanggap, fleksibilitas pada lingkungan yang tidak stabil

  • Pengembangan keterampilan manajemen umum

  • Koordinasi yang luar biasa lintas departemen fungsional

  • Memperhatikan kebutuhan konsumen

  • Penekanan terhadap keseluruhan produk dan tujuan divisional

Kelemahan Struktur Organisasi Divisional

  • Koordinasi yang buruk lintas divisi

  • Duplikasi sumberdaya lintas divisi

  • Kurang pendalaman teknis dan spesialisasi dalam divisi-divisi

  • Kompetesi untuk sumberdaya perusahaan

  • Kurangnya kendali sumberdaya menajemen puncak

2

Contoh perusahaan yang menggunakan struktur divisional, yaitu:

Wal-Mart Stores, Inc , yang merupakan perusahaan Amerika Serikat yang mengoperasikan jaringan department store. Menurut Fortune Global 500 2008, Wal-Mart adalah perusahaan publik terbesar di dunia berdasarkan pendapatan. Perusahaan ini menggunakan struktur divisional dimana ketika mengembangkan berbagai produk baru dalam industri dan pasar yang berbeda, biasanya perusahaan mengubah strukturnya menjadi  struktur organisasi yang terdiri dari beberapa  divisi. Tiap-tiap divisi dapat beroperasi sendiri-sendiri dibawah pengarahan seorang manajer divisi yang bertanggungjawab langsung kepada CEO. Dalam struktur organisasi divisional, manajer divisi dapat mengembangkan strategi untuk masing-masing divisinya dan mungkin saja mereka menghadapi persaingan yang berbeda dengan divisi lainnya sehingga strategi yang ditempuh mungkin juga berbeda dengan divisi lainnya.

Referensi :

Anorga, Win’s. 1993. Kamus Istilah Ekonomi (inggris-indonesia-indonesia-inggris).Bandung:Penerbit

                M2S Bandung,Anggota IKAPI.

http://repository.binus.ac.id/content/A0172/A017299334.ppt

http://matkul.weebly.com/uploads/1/3/4/4/13446877/makalah_aom.docx

http://sonylawalata.blogspot.co.id/2012/06/contoh-struktur-organisasi-bank-bca.html

http://ayobelajarmanajemen.blogspot.co.id/2013/04/struktur-organisasi.html

B. Actuating dalam manajemen

 

Actuating menurut George R. Terry (1986) adalah usaha menggerakkan anggota-anggota kelompok sedemikian rupa hingga mereka berkeinginan dan berusaha untuk mencapai sasaran perusahaan dan sasaran anggota-anggota perusahaan tersebut oleh karena itu para angora itu juga ingin mencapai sasaran-sasaran tersebut.

Actuating adalah usaha menggerakan seluruh orang yang terkait untuk secara bersama-sama melaksanakan program kegiatan sesuai dengan bidang masing-masing dengan cara yang terbaik dan benar.

Pentingnya Actuating adalah mengupayakan untuk menjadikan perencanaan menjadi kenyataan dengan melalui berbagai pengarahan dan pemotivasian agar setiap karyawan dapat melaksanakan kegiatan secara optimal sesuai dengan peran, tugas dan tanggung jawabnya.

Prinsip actuating

Terdapat beberapa prinsip dalam penggerakan (actuating) staf suatu organisasi yang perlu diperhatikan, yaitu:

  1. Efisien

  2. Komunikasi

  3. Jawaban terhadap pertanyaan 5w + 1H

  4. Penghargaan linsenti

Referensi :

Mulyono. 2008. Manajemen administrasi dan organisasi pendidikan. Yogyakarta:Ar-Ruzz Media

Muninjaya, Gde, A,A. 2004. Manajemen Kesehatan. Edisi II. Jakarta:EGC